Beranda | Artikel | Newborn | Ruam Popok: Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Ruam Popok: Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Newborn
08/05/2025
Penulis: Makuku
Reviewer: Chief Editor
Ruam Popok: Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Halo Moms! Punya bayi yang tiba-tiba pantatnya merah-merah atau lecet? Duh, pasti rasanya ikut ngilu ya. Kondisi ini dikenal dengan nama ruam popok dan sering banget terjadi pada bayi, terutama usia 0-2 tahun yang kulitnya masih super sensitif.

Tenang, Moms nggak sendiri kok. Data dari American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan, sekitar 50-60% bayi pernah mengalami ruam popok setidaknya sekali sebelum usia dua tahun. Jadi ini memang masalah umum, tapi tetap harus ditangani dengan tepat supaya nggak makin parah.

Nah, yuk kita bahas tuntas mulai dari apa itu ruam popok, gejala, penyebab, cara mencegah, sampai tips memilih popok yang tepat agar kulit si Kecil selalu sehat.

Apa itu Ruam Popok?

Ruam popok atau dalam istilah medis disebut dermatitis popok, adalah peradangan kulit yang muncul di area tertutup popok biasanya pantat, lipatan paha, hingga sekitar kelamin.

Menurut dr. Arini Astasari Widodo, SpKK (dokter spesialis kulit), ruam popok disebabkan oleh kombinasi kelembapan, gesekan, serta kontak kulit bayi dengan urine atau feses terlalu lama. “Kulit bayi sangat tipis, sekitar 20-30% lebih tipis dari kulit orang dewasa, sehingga rentan iritasi,” jelasnya.

Kalau sudah kena ruam popok, si Kecil biasanya jadi rewel, gampang nangis saat popok diganti, atau terlihat tidak nyaman saat bergerak. Karena itu penting banget Moms memahami tanda-tanda awalnya.

Gejala Ruam Popok

Ruam popok biasanya cukup mudah dikenali, Moms. Umumnya, kulit si Kecil akan tampak kemerahan, bisa berupa bercak atau bintik-bintik kecil di sekitar pantat, selangkangan, atau paha. Area kulit ini juga sering terasa hangat saat disentuh, bahkan kadang tampak sedikit bengkak. Kalau sudah mulai parah, kulit bisa mengelupas, muncul luka lecet, atau bahkan bernanah.

Gejala ini biasanya membuat si Kecil jadi lebih rewel dari biasanya, menangis saat Moms membersihkan atau mengganti popoknya, dan tampak tidak nyaman saat bergerak. Kalau ruam popok sudah sampai muncul luka terbuka atau tidak membaik dalam beberapa hari, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter supaya bisa ditangani lebih lanjut.

Penyebab Ruam Popok

Sebenarnya banyak faktor penyebab ruam popok. Berikut beberapa yang paling umum:

  1. Kulit terlalu lembap: Jarang mengganti popok bikin kulit si Kecil terus kontak dengan urine atau feses. Ini menyebabkan iritasi dan mempercepat pertumbuhan bakteri serta jamur.
  2. Gesekan dengan popok: Popok yang terlalu sempit atau permukaannya kasar bisa menggesek kulit bayi, menimbulkan kemerahan.
  3. Iritasi produk tertentu: Beberapa sabun, tisu basah, deterjen, atau bedak bayi mengandung parfum & alkohol yang memicu iritasi.
  4. Infeksi jamur atau bakteri: Lingkungan hangat dan lembap di area popok jadi tempat ideal tumbuhnya jamur Candida.
  5. Penggunaan antibiotik: Jika bayi atau Moms sedang minum antibiotik, keseimbangan bakteri normal bisa terganggu sehingga memicu pertumbuhan jamur.

Cara Mencegah Ruam Popok

Mencegah lebih baik daripada mengobati, Moms. Begitu juga dalam hal ruam popok pada si Kecil. Dengan perawatan sehari-hari yang tepat, Moms bisa meminimalisir risiko kulit bayi mengalami iritasi. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa Moms terapkan.

1. Rutin Mengganti Popok

Jangan tunggu popok penuh atau bocor baru diganti, ya. Usahakan mengganti popok si Kecil setiap 3-4 jam sekali, atau segera setelah dia pup. Popok yang terlalu lama dipakai akan membuat area pantat dan selangkangan lembap sehingga memicu bakteri dan jamur berkembang. Kalau Moms disiplin soal frekuensi ganti popok, kulit bayi akan jauh lebih sehat.

2. Bersihkan Area Popok dengan Lembut

Saat mengganti popok, pastikan Moms membersihkan area pantat, selangkangan, dan sekitar kelamin si Kecil dengan air hangat. Kalau mau pakai sabun, pilih sabun bayi untuk kulit sensitif yang bebas pewangi. Hindari menggosok terlalu keras agar kulit bayi tidak lecet. Cukup tepuk-tepuk perlahan dengan kain lembut.

3. Pastikan Kulit Benar-Benar Kering

Sebelum memakaikan popok baru, pastikan kulit bayi sudah benar-benar kering. Moms bisa menepuk pelan area tersebut dengan handuk kering yang lembut. Kalau kulit masih lembap, risiko ruam akan tetap tinggi meskipun popok sudah diganti.

4. Gunakan Krim atau Salep Pelindung

Moms juga bisa mengoleskan krim anti ruam popok atau salep yang mengandung zinc oxide sebagai pelindung kulit. Lapisan krim ini akan menjadi penghalang antara kulit bayi dengan urine atau feses, mengurangi gesekan, serta menjaga kelembapan kulit tetap stabil.

5. Beri Waktu Kulit Bernafas

Jangan terlalu sering menutup area pantat si Kecil dengan popok sepanjang hari. Beri jeda sekitar 10-15 menit beberapa kali sehari tanpa popok supaya kulitnya bisa “bernapas”. Moms bisa membiarkan si Kecil tengkurap di alas tahan air atau handuk bersih.

6. Pilih Popok yang Tepat

Popok dengan daya serap tinggi, permukaan lembut, dan sirkulasi udara baik penting banget untuk mencegah ruam. Moms bisa pilih MAKUKU Pro Care, popok anti gumpal pertama di Indonesia dengan teknologi SAP Thin Core yang menjaga kulit si Kecil tetap kering dan nyaman, membantu mengurangi risiko ruam popok.

Kapan Harus ke Dokter?

Kalau ruam popok si Kecil makin parah, tidak membaik setelah 3 hari dirawat di rumah, muncul luka terbuka, bernanah, atau si Kecil jadi demam dan sangat rewel, segera bawa ke dokter. Ini penting supaya si Kecil mendapat perawatan medis yang tepat dan masalah kulitnya nggak semakin serius.

Jadi, Moms, ruam popok memang umum terjadi tapi bisa dicegah dengan langkah sederhana seperti sering ganti popok, menjaga area tetap bersih & kering, serta memilih popok dengan teknologi modern yang dirancang khusus untuk kulit bayi yang super sensitif.

Kalau si Kecil sudah terlanjur kena ruam, jangan panik ya. Tetap rawat dengan membersihkan pelan, gunakan salep ruam popok bayi sesuai rekomendasi dokter, dan pastikan popok yang digunakan nyaman. Kalau dalam beberapa hari ruam tak kunjung membaik atau malah makin parah, segera konsultasi ke dokter.

Bagikan di media sosial:
Customer Care MAKUKU